Selasa, 20 Januari 2015



Teknik Dasar Belajar Kaligrafi

A. Hal Yang Disiapkan Sebelum Menulis
Langkah-langkah yang harus dipersiapkan diantaranya yaitu:
1. Ilmu Penunjang
Beberapa hal yang mempengaruhi gaya pemikiran dan bentuk kreativitas terkait dengan kaligrafi Arab antara lain kajian seputar al-Qur’an dan bahasa Arab serta cabang-cabang yang terkait dengannya. 
2. Bakat
Banyak orang yang menganggap bahwa bakat merupakan satu-satunya jalan mulus untuk memperoleh sesuatu. Dalam kaligrafi, bakat hanya mempunyai peranan kecil dalam mempercepat belajar dan mendapatkan hasil. Sesungguhnya yang menentukan cepat atau lambannya belajar kaligrafi adalah latian yang kontinyu disertai kesabaran dan ketekunan. 
3. Guru atau Buku Panduan
Guru yang memandu jalannya proses belajar hana mampu berperan dalam memberi motivasi, memberi teori dalam latihan, dan lainnya yang berhubungan dengan pengajaran atau latihan. Jadi pemandu yang profesional akan lebih bisa membantu dalam belajar dan mempercepat hasil yang baik.
4. Peralatan Tulis
Peralatan yang harus dipersiapkan sebelum memulai penulisan kaligrafi terdiri dari dua jenis, yaitu perakatan pokok dan peralatan pendukung. Peralatan pokok ada empat sebagaimana seorang penyair Arab melukiskan putaran perempat dalam senandungnya :
Seperempat tulisan ada pada hitam tintanya , Seperempat: indahnya kreasi sang penulis, Seperempat ada pada kalam/pena:Engkau serasikan potongannya. Dan pada kertas-kertas pada faktor keempat. 
Jadi ada empat faktor sekaligus penentu kualitas suatu karya yaitu:
Pertama tinta yang jelas atau sejenisnya termasuk cat. 
Kedua kelihaian sang penulis yang dalam hal ini tangannya mahir menggerakkan pena. 
Ketiga adalah kalam atau pena yang terpotong rapi atau sejenisnya seperti kuas, bambu.  
Keempat adalah kertas yang bagus atau sejenisnya seprti kain kanvas, tripleks, tembok dll.
Kertas yang merembes sangat menyulitkan goresan. Tingkat kemiringan pelatuk pulpen juga harus disesuaikan, karena setiap gaya khat idealnya ditulis oleh pulpen dengan tingkat kemiringan pelatuk yang berbeda-beda. Posisi umum pelatuk ketika berada dipermukaan kertas berkisar antara 60° s/d 90°. Adapun rinciannya : Khat Naskhi berkisar 75° s/d 85°, Khat Tsuluts berkisar antara 75°s/d 90°, Khat Riq’ah berkisar antara 60° s/d 65°, Khat Diwani berkisar antara 85° s/d 90°, Khat Diwani Jali berkisar antara 80° s/d 90°, dan Khat Farisi berkisar antara 75° s/d 85°. Khat Kufi tidak memakai sistem ini. Tidak hanya kertas dan pena, tinta juga harus dipilih yang bermutu, namun semuanya tetap berpulang kepada kecerdikan dan kepiawaian sang khattat. 
5. Kondisi Psikologis
Kondisi psikologis juga mempengaruhi dalam proses belajar guna memperoleh hasil. Namun kondisi ini lebih banyak diketahui oleh penulis sendiri. 

B. Mengolah Kalam/Pena
Pulpen atau dalam bahasa Arabnya Qalam merupakan suatu karakter tersendiri bagi penggunanya. Ada yang menyukai pulpen mahal, karena menyangkut gaya atau gengsi. Pulpen mewah bermerk Waterman misalnya, sempat mengisi saku orang-orang ternama dunia seperti Ratu Mary dari Kerajaan Belgia, Ratu Rumania, Kaisar Cina dan Presiden AS Bell Clinton. Ada juga pulpen mewah lain seperti Montblanc Sailor atau Montegrappa model Solitaire Royal bertatahkan berlian dan emas yang harganya puluhan juta bahkan ratusan juta rupiah melalui pesanan khusus. Pulpen apapun yang penting pelatuk atau mata penanya bagus dan potongannya rapi tetap bisa menghasilkan tulisan yang bagus, tidak mesti yang mewah seperti pulpen tersebut diatas. 
Mata pena pulpen cair idelalnya digunakan untuk tulisan selebar 2-3 mm. Untuk ukuran lebih lebar, dapat digunakan kalam lain seperti tangkai bambu, ranting kayu, roan, handam, batang emas, batang enau atau aren. Sedangkan kapur tulis atau dobel pensil dapat digunakan untuk mendesain tulisan yang lebih lebar lagi dari ukuran kalam-kalam tersebut. Pada dasarnya kalam dapat dibuat dari apa saja yang memngkinkan. Asal banyak akal, benda sederhana seperti kayu dapur atau ranting di tempat sampah dapat dijadikan kalam. Spidol besar atau kecil yang mata penanya dipotong miring dan ditipiskan jga dapat dijadikan bahan kalam khat.

Setelah menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan, kalam dapat diolah dengan tahap-tahap sebagai berikut :
a. Ambillah sepotong ranting bambu atau sejenisnya yang lurus, kira-kira 20 cm sebesar jari telunjuk dan kelingking. Bisa juga spidol atau pena yang mata penanya belum dipotong. 
b. Ratakan ujung bambu atau spidol tersebut agar rapi. Kemudian rautlah perut kalam dari bagian salah satu sisi untuk sejenis bambu dan rautlah dari bagian samping kanan dan kiri untuk sejenis spidol dengan pisau tajam atau cutter
c. Potonglah ujung mata penanya dalam bentuk moncong ke kanan atau miring dengan kemiringan ± 45° atau menurut kebutuhan.
d. Agar tinta lebih banyak tersimpan dan supaya aliran tintanya lancar serta teratur, belahlah gigi kalam, persis seperti ujung kalam yang biasa digunakan. Dan dibuatkan lubang kecil pada muara aliran tinta tersebut di tengahnya persis.seperti mata pena pulpen cair.
e. Agar rapi dan halus, gosoklah ujung mata pena dengan amplas. Hendaknya diperhatikan, bahwa pada dasarnya potongan ujung kalam tidak harus tajam tipis seperti pisau, tetapi dibikin agak tumpul dan rata menurut ukuran yang dianggap layak. Mata pena metal atau pulpen cair dapat dipotong miring langsung kemudian mata penanya dihaluskan dengan amplas besi atau digosok diatas tegel, keramik, atau kaca. Saat penghalusan, perut kalam harus berisi tinta untuk menguji coba tingkat kehalusan goresan
f. Setelah proses tersebut selesai, barulah kalam siap untuk digunakan.
Sedangkan peralatan pendukung dalam menulis kaligrafi untuk menambah kemudahan dan kelancaran adalah seperti pensil, penghapus, penggaris, tip-ex, cutter, kertas tissu dan kondisi ruangan yang baik. 
C. Teknik Dasar Penulisan Kaligrafi
Setelah langkah awal sudah dipersiapkan dengan maksimal, seseorang yang ingin berlatih menulis kaligrafi harus mengetahui terlebih dahulu teknik dasar atau kiat-kiatnya. Walaupun kelihatannya berlatih kaligrafi adalah kegiatan plagiat atau meniru tulisan yang sudah ada sebelumnya, namun dengan tanpa mengetahui teknik dasarnya maka kenerhasilan akan sulit diperoleh atau kemungkinan suksesnya 20 %. Sedangkan dengan mengetahui teknik akan membuat kemungkinan sukses 80 %. Teknik dasar yang dimaksud disini adalah cara memegang pena. Memegang pena adalah syarat utama dalam mencapai kesuksesan menulis kaligrafi. Yang dimaksud memegang pena adalah meletakkan posisi mata pena diatas kertas. Hampir 100 % kegagalan dalam berlatih kaligrafi disebabkan kesalahan dalam meletakkan posisi mata pena diatas kertas dengan kemiringan yang hampir berbeda-beda dari tiap jenis khat. Tingkat kemiringan mata pena telah disinggung diatas.
Adapun kiat pendukung yang harus dilakukan untuk menunjang teknik dasar adalah :
i. Konsisten, artinya dalam memegang pena, posisi mata pena harus sesuai dengan jenisnya dan posisi tersebut harus tetap konsisten (tidak berubah) kecuali pada kondisi atau pada huruf-huruf tertentu.
ii. Kontinue, artinya kegiatan tulis-menulis ini harus dilakukan terus-menerus secara rutin agar tangannya tidak kaku. Hal ini harus dijaga terus, apalagi pada masa-masa awal yang masih labil, sebab hampir 50 % kegagalan seseorang meraih kesuksesan dalam berlatih kaligrafi dikarenakan inkontinue.
iii. Evaluasi, hal ini bisa dilakukan dengan menyetorkan hasil tulisan kepada guru atau teman yang dipandang mampu mengoreksi.
Selain itu masih ada beberapa kiat yang terkait dengan kemahiran tangan dalam menggerakkan pena pada goresan yang benar dan hal ini dikenal dengan teknik pelemasan, yaitu :
1. Membuat garis lurus dengan menggunakan pulpen atau pensil yang arahnya dari atas ke bawah dan sebaliknya serta dari kanan ke kiri atau sebaliknya.
2. Membuat garis melengkung atau lingkaran dengan menggunakan pulpen yang arahnya sama dengan poin nomor 1.
Menulis dengan pensil atau pulpen bentuk-bentuk hurufnya selanjutnya ditebalkan dengan spidol yang telah dipotong miring.
- See more at: http://cintailmuseni.blogspot.com/2013/06/teknik-dasar-belajar-kaligrafi.html#sthash.V0OgHgGL.dpuf













BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Seni Kaligrafi Islam atau lebih sinonim dengan nama seni khat merupakan khazanah tertua di dunia yang masih dimiliki oleh umat Islam. Perkembangan Islam yang tersebar ke seluruh dunia, menyaksikan kaligrafi Islam teradaptasi dengan perubaan yang berlaku tanpa menghilangkan ciri dan nilai keislamannya.[1] Seni Khat Islam banyak jenis dan macamnya dan berkembang di daerah-daerah Islam yang ada diseluruh dunia, makannya dengan banyak dan beraneka ragam jenis khat tersebut pada makalah ini kami hanya akan menguraikan beberapa jenis khat dari sebegitu banyaknya khat yang ada. Dan dari uraian latar belakang diatas dapat diketahui makalah ini berjudul “Jenis-Jenis Khat”.
  1. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakag diatas maka dapat kita rumuskan rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut:
  1. Apa jenis-jenis seni Khat Kufi, Diwani, Diwani Jali, Tsulust, Naskhi, Farisi, Riq’ah?
  2. Bagaimana sejarah, dan ciri-ciri khat Kufi, Diwani, Diwani Jali, Tsulust, Naskhi, Farisi, Riq’ah?
  3. Tujuan Penulisan
    1. Untuk mengetahui jenis-jenis seni Khat Kufi, Diwani, Diwani Jali, Tsulust, Naskhi, Farisi, Riq’ah.
    2. Untuk Menjelaskan sejarah, dan ciri-ciri khat Kufi, Diwani, Diwani Jali, Tsulust, Naskhi, Farisi, Riq’ah.
BAB II
PEMBAHASAN
JENIS –JENIS KHAT (KALIGRAFI ISLAM)

 Khat ialah perkataan Arab yang bermaksud garisan. Oleh itu, seni khat bermaksud garisan indah yang membentuk tulisan.[2] Khat juga bermaksud tulisan-tulisan (kitabah ) yang terikat dengan peraturan dan kaedah yang telah dikaji dan ditentukan oleh mereka yang terlibat dengan kemajuan seni.[3] Tulisan-tulisan Arab pula mempunyai nilai dan kaedah tertentu yang mempunyai estetika yang tinggi. etelah kehadiran Islam, penulisan Arab telah memasuki tahap perkembangan yang begitu cepat. Pada abad pertama dan kedua Hijrah, khat merupakan salah satu ciri untuk memperindah sesuatu penulisan. Melalui khat, sesuatu maksud dapat diungkapkan. Khat turut menjadi unsur penting daripada cabang-cabang kesenian yang masih terpelihara hingga ke hari ini.
Picasso, seorang ahli seni terkenal di dunia dari Perancis pernah mengatakan, ” Selepas aku melihat seni yang terdapat pada Khat Arab, aku mengakui bahwa dunia seni lukis masih terkebelakang dengan kesenian itu “.[4]
Seni khat bukan sekadar wacana penyampai maklumat tetapi mengandungi nilai abstrak yang disimpulkan dengan kehalusan, kelembutan, kesinambungan, perhubungan, pergerakan, keharmonian dan sebagainya. Di antara bentuk dan jenis tulisan Khat Arab ialah:



  1. Khat Kufi [5]
Khat Kufi merupakan kaligrafi Arab tertua dari sumber seluruh kaligrafi Arab. Dinamakan Kufi karena berasal dari kota Kuffah kemudian menyebar keseluruh jazirah Arab. Masyarakat Arab berusaha mengolah dan mempercantik gaya Kufi dengan menyisipkan unsur-unsur ornament sehingga lahirlah beragam corak kufi yang baru. Cara menulisnya pun tidak lagi terbatas pada bambu tapi juga dengan pena, penggaris, segitiga, dan jangka. Khat Kufi menjadi satu-satunya tulisan yang digunakan untuk menyalin mushaf Al-qur’an. Khat Kufi berkembang menjadi bermacam-macam jenis antara lain:
  1. Khat Kufi Basit, gaya ini sangat sederhana hanya menampilkan bentuk pokoknya baik dalam anatomi huruf tunggal maupun cara-cara merangkainya. Contoh ini dapat kita lihat pada qubbah al-Sakhrah Yerussalem, Masjid Jami’ Ibnu Toulun di Mesir.
  2. Khat Kufi Musattar atau Murabba’ atau Handassi Tarbi’i, dinamakan Khat Kufi Musattar atau Murabba’ atau Handassi Tarbi’I yang berarti kubus atau geometri persegi empat. Kaligrafi jenis ini tersusun lurus atau kejur bertemu garis-garis vertical yang membentuk sudut-sudut tegak lurus tanpa satu putaran pun.



  1. Khat Naskhi
Khat Naskhi adalah tulisan yang sampai ke wilayah Aarab Hijaz dalam bentuknya yang paling akhir, setelah lepas dari bentuknya yang kuno sebelum masa kenabian. Selanjutnya gaya tulisan yang semakin sempurna tersebut digunakan untuk urusan administrasi perkantoran dan surat menyurat di zaman kekuasaan Islam. Pada abad ke-3 dan ke-4 hijriyah, pola-pola naskhi bertambah indah berkat kodifikasi yang dibuat ibnu Muqlah (272-328 H). Para ahli sejarah beraggapan, bahwa Ibnu Muqlah adalah peletak dasar Khat Naskhi dalam bentuknya yang sempurna pada zaman Abbasiyah. Di zaman kekuasaan Atabek Ali (545H), usaha memperindah Khat Naskhi mencapai puncaknya sehingga terkenallah gaya yang disebut Naskhi Atabeki yang banyak digunakan menyalin mushaf Al-qur’andi abad pertengahan Islam, dan menggeserkan Khat Kufi kuno yang banyak digunakan sebelumnya. Khatini disebut Naskhi karena para Khattat menulis Alqur’an dan berbagai buku dengan  menggunakan gayannya.[6]
Ciri-cirinya ialah mempunyai kelembutan, mudah dibentuk, praktikal dan mudah dibaca. KhatNaskhi ada 2 model, yaitu:
  1. Khat Naskhi Qadim adalah gaya tulisan yang sampai kepada zaman Abbas kemudian diperindah oleh ibnu Muqlah, diperindah lagi oleh masyarkat Atabek, lalu diolah lagi menjadi karya yang semakin sempurna oleh orang-orang Turki.
  2. Khat Naskhi Suhufi /jurnalistik merupakan gaya tulisan yang terus berkembang bentuk hurufnya. Dinamakan suhufi karena penyebaranya yang luas dilapangan jurnalistik. Berbeda dengan Naskhi qadim yang lebih lentur dengan banyak putaran, naskhi suhufi cenderung kaku dan beberapa bagian mendekati bentuk kufi.
  1. Khat Tsuluts[7]
Dinamakan Khat Tsulut karena ditulus dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong dengan ukuran sepertiga (Tsulust) goresan kalam. Ada pula yang menamaknnya KhatArab karena gaya ini merupakan sumber pokok aneka kaligrafi Arab yang banyak jumlahnya. Untuk menulis dengan Khattsuluts, pelatuk kalam dipotong dengan kemiringan kira-kira setengah lebar pelatuk. Ukuran ini sesuai untuk KhatTsuluts Adi dan Jali.KhatTsuluts bisanya banyak digunakan untuk dekorasi dinding dan berbagai media karena kelenturanya, dianggap paling sulit dibaningkan gaya-gaya lain baik dari segi kaidah ataupun proses penyusunannya yang menuntut harmoni dan seimbang. Dalam rentang perjalanannya,  Khat Tsuluts berkembang menjadi beberapa gaya, antara lain:
  1. Khat Tumar adalah khat yang diciptakan oleh Qutbah al-Muharrir yang tumbuh dan berkembang di masa bani Umayyah. Ini biasanya ditulis dalam ukuran-ukuran besar dengan aturan-aturannya yang simple. Khat ini sangat cocok untuk dekorasi dinding atau media-media berukuran besar.
  2. Khat Muhaqqaq, penciptanya adalah Ibnu Bawab. Ibnu Bawab adalah kaligrafer mashur setelah Ibnu Muqlah. Khat ini hampir mirip dengan khat Tsuluts karena perbedaan keduanya sangat samar dan hanya dapat diketahui oleh ahli khat yang cermat.
  3. Khat Raihani
  4. Khat Tawqi’
  5. Khat Riqa’ atau Ruqa’
  6. Khat Tsulusain
  7. Khat Musalsal
  8. Khat Tsuluts Adi
  9. Khat Tsulus Jali
  10. Khat Tsulus Mahbuk
  11. Khat Tsulus Muta’assir bil Rasm
  12. Khat Tsulus Handasi
  13. Khat Tsulus Mutanazhir
  1. Khat Diwani[8]
Diwani adalah salah satu gaya khat yang diciptakan oleh masyarakat Turki Usmani. Peletak dasar-dasar kaidah dan ukuran huruf-hurufnya adalah Ibarhim Munif. Tulisan ini mulai popular setelah penaklukan kota Konstantinopel oleh Sultan Muhammad al-Fatih 875 H. Penamaan Diwani karena dinisbahkan kepada kantor-kantor pemerintahan dimana tulisan tersebut digunakan dan dewan-dewan pemerintah itulah khat ini menyebar keseluruh kalangan masyarakat.  Karakter Diwani terkenal dengan putaranya sehingga tidak satu pun huruf yang tidak mempunyai lengkungan. Goresannya yang lentur dan lembut memudahkan Diwani beradaptasi dengan tulisan apapun. Diwani memiliki 3 macam bentuk:
  1. Khat Diwani ‘Adi
Diwani ‘Adi merupakan gaya khat yang tampil biasa(‘adi) sesuai struktur tulisan sehingga mudah dibaca. Cirri tampilannya tampak pada kali-kali tulisan yang umumnya berbaris datar dengan pucuk-pucuk huruf bergelombang dinamis.
  1. Khat Diwani Murabbit
Gaya ini merupakan Diwani yang huruf-huruf dan rangkaian katanya saling menjalin atau bersilangan  (murabbit) satu sama lain. Besar kemungkinan pola semacam ini merupakan hasil pengaruh khat Musalsal ciptaan Ibnu Bawab. Dalam jenis Khat Diwani Murabbit ini, kaligrafer modern Gazian Bek dari Mesir merupakan tokohnya.
  1. Khat Diwani Jali
Khat Diwani jali diciptakan oleh Syahlan Pasha dari Turki dan merupakan pengembangan dari Diwani ‘Adi. Jali artinya Jelas. Kejelasan tersebut tampak pada detail syakal dan hiasan yang penuh didalamnya. Tujuan diciptakan Diwani jali ialah untuk menuliskan peraturan-peraturan kesultanan dan surat-surat keluar negeri.

  1. Khat Diwani Jali
Khat Diwani Jali merupakan salah satu gaya kaligrafi yang dibuat oleh masyarakat Turki Usmani hasil olahan kaligrafer Syahlan Pasha. Baik Diwani ‘Adi ataupun Diwani Jali dua-duanya disebut khat Humayuni dan Khat Muqaddasi. Humayun maksudny raja-raja Humayun, sedangkan Muqaddasi artinya disucikan.  Karena gaya ini khusus dipakai menulis para sultan dan sultan adalah baying-bayang Tuhan di bumi. Kelebihan dan karakter khas Diwani jali dari Diwani ‘Adi adalah pada penyematan tanda syakal dan hiasan titik yang memenuhi ruang tulisan dengan bentuk titik segi empat.
  1. Khat Farisi
Seni ini telah bersentuhan dengan jiwa bangsa Iran semenjak dahulu  kala sebagai warisan nenek moyang mereka bangsa Saman yang sebelum Islam menulis dengan Khat Pahlevi. Gaya ini merupakan nisbah ke Pahle. Suatu kawasan antara Hamadan, Isfahan dan Azerbaijan. Saat Islam menaklukan negeri Persia, masyarakat Iran pun memeluk Islam sebagai agama baru mereka. Melalui pergaulan dengan masyarakat Arab muslim, orang-orang Iran mengganti tulisan Pahlevi dengan tulisan Arab yang kemudian mereka namakan Khat Ta’liq. Pada waktu selanjutnya lahir pula gaya-gaya khat yang lain seperti Nasta’liq dan Syikasteh. Tertutama dua tulisan pertama, kerap disebut Faris saja mengingat asalnya dari Persia. Keindahan khat ini terletak pada bentuk lengkungannya yang menarik, kurang garisan menegak dan bentuk hurufnya yang condong kekanan dan tidak berbaris. Banyak digunakan untuk menulis syair, dan kegunaan harian. Diantara gaya Khat Faris yang popular di Iran adalah
  1. Khat Ta’liq
  2. Khat Nasta’liq
  3. Khat Syikasteh
  4. Khat Faris Mutanazhir
  5. Khat Faris Mukhtazal
  6. Khat Faris Mir’at
  1. Khat Riq’ah
Riq’ah adalah salah satu gaya khat ciptaan masyarakat Turki Usmani. Muhammad Tahir Kurdi menyebutkan, bahwa penggagas dan peletak dasar-daras kaidah khat Riq’ah  adalah Mumtaz Bek, Seorang konsultan di zaman Sultan Abdul Majid Khan sekitar tahun 1280 M. Posisi Riq’ah diantara khat Diwani dan khat Siyaqat, dimana Mumtaz Bek sangat mashur dengan keahlianya di bidang Diwani seperti kaligrafer lainnya. Tujuan awal diciptakan tulisan ini adalah untuk mempersatukan kaligrafi bagi seluruh pegawai kerajaan. Sehingga mereka hanya menulis dengan satu gaya khat dalam semua tata pergaulan resmi yang diterapkan untuk kantor-kantor pemerintahan. Penciptanya menamakan Riq’ah yang artinya menurut kamus-kamus bahasa ialah potongan daun untuk menulis dan tidak ada hubungannya khat Riq’ah kuno yang pernah digunakan di seluruh kantor administrasi surat menyurat Negara. Beberapa sultan Usmani seperti Sulaiman al-kanuni dan Abdul Hamid I sangat memperhatikan dan banyak menulis dengan khat Riq’ah. Spesifikasi Khat Riq’ah terdapat pada huruf-hurufnya yang pendek dan biasa ditulis lebih cepat dari pada Naskhi karena kesederhanaanya dan tidak memiliki struktur yang rumit. Karena itu, kita memiliki kenyataan dalam kehidupan modern ini khat Naskhi khusus digunakan untuk mencetak teks buku, surat kabar, majalah, sedangkan khat Riq’ah khusus digunakan untuk catatan tangan atau dikte. Di lapangan advertising atau untuk penulisan judul-judul surat kabar, Riq’ah sering digunakan karena dapat mencakup kata-kata panjang dengan goresan-goresan yang tidak banyak makan tempat. Ciri-ciri khusus khat ini ialah bentuk huruf yang kecil, tegak dan tidak menggunakan baris, lebih cepat dan mudah ditulis jika dibandingkan dengan khat yang lain.[9]
Pada saat tidak menggunakan pena tipis tebal, khat Riq’ah berfungsi untuk menulis catatan harian seperti pelajaran dan kuliah atau surat menyurat dann reportase para juru tulis seperti wartawan. Kecepatan gerak Riq’ah dapat disamakan dengan stenografi dalam tulisan latin.
BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Setelah kita paparkan uraian makalah diatas, maka dapat kiita simpulkan sebagai berikut:
  1. Khat ialah perkataan Arab yang bermaksud garisan.
  2. Khat Kufi merupakan kaligrafi Arab tertua dari sumber seluruh kaligrafi Arab. Dinamakan Kufi karena berasal dari kota Kuffah kemudian menyebar keseluruh jazirah Arab. Khat Kufi menjadi satu-satunya tulisan yang digunakan untuk menyalin mushaf Al-qur’an.
  3. Khat Naskhi adalah tulisan yang sampai ke wilayah Aarab Hijaz dalam bentuknya yang paling akhir, setelah lepas dari bentuknya yang kuno sebelum masa kenabian. Ibnu Muqlah adalah peletak dasar Khat Naskhi dalam bentuknya yang sempurna pada zaman Abbasiyah.
  4. Dinamakan Khat Tsulut karena ditulus dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong dengan ukuran sepertiga (Tsulust) goresan kalam. Untuk menulis dengan Khattsuluts, pelatuk kalam dipotong dengan kemiringan kira-kira setengah lebar pelatuk.
  5. Diwani adalah salah satu gaya khat yang diciptakan oleh masyarakat Turki Usmani. Peletak dasar-dasar kaidah dan ukuran huruf-hurufnya adalah Ibarhim Munif. Karakter Diwani terkenal dengan putaranya sehingga tidak satu pun huruf yang tidak mempunyai lengkungan.
  6. Khat Diwani Jali merupakan salah satu gaya kaligrafi yang dibuat oleh masyarakat Turki Usmani hasil olahan kaligrafer Syahlan Pasha. Kelebihan dan karakter khas Diwani jali dari Diwani ‘Adi adalah pada penyematan tanda syakal dan hiasan titik yang memenuhi ruang tulisan dengan bentuk titik segi empat.
  7. Keindahan khat Farisi terletak pada bentuk lengkungannya yang menarik, kurang garisan menegak dan bentuk hurufnya yang condong kekanan dan tidak berbaris.
  8. Riq’ah adalah salah satu gaya khat ciptaan masyarakat Turki Usmani. Muhammad Tahir Kurdi menyebutkan, bahwa penggagas dan peletak dasar-daras kaidah khat Riq’ah  adalah Mumtaz Bek, Ciri-ciri khusus khat ini ialah bentuk huruf yang kecil, tegak dan tidak menggunakan baris, lebih cepat dan mudah ditulis jika dibandingkan dengan khat yang lain

Kaligrafi, dari bahasa Yunani; καλλι "keindahan" + γραφος "menulis" ) Bahasa Jepang Nihongo 日本語) adalah seni menulis dengan indah dengan pena sebagai hiasan. Tulisan dalam bentuk kaligrafi biasanya tidak untuk dibaca dengan konsentrasi tinggi dalam waktu lama, karena sifatnya yang membuat mata cepat lelah. Karena itulah sangat sulit menemukan Berikut:6 Jenis Seni dalam Kaligrafi Arab








I. Khat Naskhi
http://1.bp.blogspot.com/-sYws0I-n4qI/UQNpcSNjB4I/AAAAAAAA9ic/JCcv45o1ipM/s1600/2013-01-26_122421.jpg

http://4.bp.blogspot.com/-OGiorgsNfGo/UQNpdF6U0lI/AAAAAAAA9ik/YOtosZ4MFzE/s1600/2013-01-26_122811.jpg
Naskh adalah salah satu skrip yang paling awal berkembang. Kemudian mendapatkan popularitas setelah didesain ulang oleh kaligrafer terkenal Ibnu Muqlah di abad ke-10. Karena sistem yang komprehensif Ibn Muqlah tentang proporsi, gaya Naskh menampilkan baris yang sangat ritmis.

Naskh kemudian telah direformasi oleh Ibn al-Bawaab dan lain-lain ke dalam script elegan layak Al-Quran – dan kebanyakan Alquran telah ditulis dengan Naskh dari pada semua skrip yang lain. Karena script ini yang relatif mudah untuk membaca dan menulisnya, Naskh menarik, khususnya untuk masyarakat umum.

Naskh biasanya ditulis dengan batang horizontal pendek – dan dengan kedalaman vertikal hampir sama di atas dan di bawah garis medial. Kurva yang penuh dan mendalam, lorong lurus dan vertikal, dan kata-kata umum dengan spasi yang baik . Saat ini, Naskh dianggap script tertinggi untuk hampir semua umat Islam dan Arab di seluruh dunia.

II. Khat Khufii
http://1.bp.blogspot.com/-h3H5JayTOfs/UQNqQusHWZI/AAAAAAAA9is/BumlXeoCM3Y/s1600/2013-01-26_123115.jpg


http://1.bp.blogspot.com/-d47TIFaJaOk/UQNqRWsQP6I/AAAAAAAA9i0/886JTol5Fvg/s1600/2013-01-26_123141.jpg
Kufi adalah script imam yang dominan di masa awal. Saat itu dibuat setelah pembentukan dua kota Muslim Basrah dan Kufah dalam dekade kedua era Islam (AD abad ke-8). Script ini memiliki ukuran proporsional tertentu, bersama dengan kekakuan karena kekurusan diucapkan dan kuadrat. Ini dikenal sebagai al-Khat al-Kufi (Kufi script).

skrip Kufi telah berpengaruh besar pada semua kaligrafi Islam. Berbeda dengan vertikal rendah, Kufi memiliki garis horizontal yang diperpanjang. Script ini jauh lebih lebar daripada tinggi. Ini memberinya momentum dinamis tertentu. Script sering dipilih untuk digunakan pada permukaan oblong. Dengan yang Handasi mulia (geometri) konstruksi, Kufi bisa diadaptasi untuk setiap ruang dan bahan – dari kotak sutra ke monumen arsitektur yang ditinggalkan oleh Timur di Samarqand.

Karena skrip Kufi tidak dikenakan aturan ketat, ahli kaligrafi itu mempekerjakan hampir tangan bebas dalam konsepsi dan pelaksanaan hias yang bentuk.


III. Khat Tsulutshttp://2.bp.blogspot.com/-kln0t2RrK5w/UQNrBU4xpbI/AAAAAAAA9jM/X9kG9sYONDQ/s1600/2013-01-26_123349.jpg


http://4.bp.blogspot.com/-TeJHs8yQ26M/UQNrB5tUuKI/AAAAAAAA9jU/Go79n-9ju3Y/s1600/2013-01-26_123455.jpg

http://4.bp.blogspot.com/-ZDdFamYyQOg/UQNrIC_tgBI/AAAAAAAA9jc/C-kgrYlB2_w/s1600/2013-01-26_123527.jpg
Dinamakan khat Tsuluts karena ditulis dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong dengan ukuran sepertiga (tsuluts) goresan kalam.Thuluth skrip pertama kali dirumuskan dalam abad ke-7 selama khalifah Umayyah, tapi tidak berkembang sepenuhnya sampai akhir abad ke-9.

Nama itu berarti ‘sepertiga’ – mungkin karena proporsi garis lurus dengan kurva, atau mungkin karena naskah itu ukuran yang ketiga lain script populer kontemporer. Meskipun jarang digunakan untuk menulis Al Qur’an, Thuluth telah menikmati popularitas besar sebagai skrip hias untuk prasasti kaligrafi, judul, judul, dan kolofon. Hal ini masih yang paling penting dari semua skrip hias.

Thuluth script ditandai dengan surat tertulis melengkung dengan kepala berduri. Surat-surat terkait dan kadang-kadang berpotongan, sehingga melahirkan aliran kursif proporsi yang cukup dan

sering kompleks. Thuluth dikenal dengan grafis yang rumit dan plastisitas yang luar biasa.



IV. Khat Diwanihttp://1.bp.blogspot.com/-ygm2LvMBPOc/UQNrlnxOQrI/AAAAAAAA9jk/Ehp_6xkQ1zg/s1600/2013-01-26_123723.jpg


http://2.bp.blogspot.com/-VVl_NSwK5Lo/UQNrraGv4DI/AAAAAAAA9js/G5TOeOGimeE/s1600/2013-01-26_123748.jpg

http://3.bp.blogspot.com/-p4hZGTvJCC4/UQNr2irnrhI/AAAAAAAA9j0/ycPB6RQtQ7Y/s1600/2013-01-26_123831.jpg
Diwani adalah salah satu gaya khat yang diciptakan oleh masyaraat Turki Usmani. Peletak dasar-dasar kaedah dan ukuran huruf-hurufnya adalah Ibrahim Munif.

Tulisan ini mulai populer setelah penaklukan kota Konstantinopel oleh Sultan Muhammad al-Fatih tahun 875 H. Penamaan Diwani karena dinisbahkan kepada kantor-kantor pemerintah di mana tulisan tersebut digunakan dan dari dewan-dewan pemerintahan itulah khat ini menyebar ke seluruh kalangan masyarakat.

Karakter Diwani dikenal dengan putarannya sehingga tidak satu pun huruf yang tak mempunyai lengkungan. Goresannya yang lentur dan lembut memudahkan Diwani beradaptasi dengan tulisan apapun. Hal ini pula yang memudahkan para kaligrafer menulis dengan Diwani.

V. Khat Farisi/Ta'liqhttp://2.bp.blogspot.com/-re1VcPh135U/UQNssys5opI/AAAAAAAA9kU/169ib3Lg_OM/s1600/2013-01-26_124208.jpg


http://3.bp.blogspot.com/-4379Owy3lk4/UQNs3xishQI/AAAAAAAA9kk/sqdpwhbFdBw/s1600/2013-01-26_124253.jpg
Seni telah bersentuhan dengan jiwa bangsa Iran semenjak dahulu kala sebagai warisan dari nenek moyang mereka bangsa Saman yang sebelum Islam menulis dengan khat Pahlevi. Gaya ini

merupakan nisbah ke Pahle, suatu kawasan antara Hamadan, Isfahan dan Azerbaijan. Saat Islam menaklukkan negeri Persia, masyarakat Iran pun memeluk Islam sebagai agama baru mereka.

Melalui pergaulan dengan masyarakat Arab muslim, orang-orang Iran mengganti tulisan Pahlevi dengan tulisan Arab yang kemudian mereka namakan khat Ta’liq. Pada waktu-waktu selanjutnya lahir pula gaya-gaya khat yang lain seperti Nasta’liq dan Syikasteh. Terutama dua tulisan pertama, kerap disebut Farisi saja mengingat asalnya dari Persia.

VI. Khat Riq'ah
http://1.bp.blogspot.com/-g5qreudy34E/UQNtpN5rrYI/AAAAAAAA9kw/ns8c_04MT84/s1600/2013-01-26_124609.jpg

http://4.bp.blogspot.com/-fh56Lx1SzK4/UQNt0tfjv3I/AAAAAAAA9k4/YYrrC8dyPpY/s1600/2013-01-26_124656.jpg

http://1.bp.blogspot.com/-f6OglcyqlVk/UQNt-6iTbAI/AAAAAAAA9lQ/5j8FuBGaF58/s1600/2013-01-26_124737.jpg
Riq’ah adalah salah satu gaya khat ciptaan masyarakat Turki Usmani. Muhammad TahirKurdi menyebutkan, bahwa penggagas dan peletak dasar-dasar kaidah khat Riq’ah adalah Mumtaz Bek, seorang konsultan d zaman Sultan Abdul Majid Khan sekitar tahun 1280 M.

Tujuan awal diciptakannya tulisan ini adalah untuk mempersatukan seluruh kaligrafi bagi seluruh pegawai kerajaan, sehingga mereka hanya menulis dengan satu gaya khat dalam semua tata pergaulan resmi yang diterapkan untuk kantor-kantor pemerintahan. Penciptanya menamakannya Riq’ah yang artinya menurut kamus-kamus bahasa ialah potongan daun untuk menulis dan tidak ada hubungannya dengan khat Riq’ah kuno yang pernah digunakan di seluruh kantor admnistrasi surat menyurat Negara.

Spesifikasi khat Riq’ah terdapat pada huruf-hurufnya yang pendek dan bias ditu;is lebih cepat daripada Naskhi, karena kesederhanaannya dan tidak memiliki struktur yang rumit. Karena itu, kita memiliki kenyataan dalam kehidupan modern ini khat Naskhi khusus digunakan untuk mencetak teks buku, surat kabar, dan majalah, sedangkan khat Riq’ah khusus digunakan untuk catatan tangan atau dikte. Di lapangan advertising atau untuk penulisan judul-judul surat kabar, Riq’ah sering digunakan karena dapat mencakup kata-kata panjang dengan goresan-goresan yang tidak banyak makan tempat.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi85nx4U-38bwos6qkL2Fa76iEACSMIJaq1YkmpQDcqSHyHqhSkP1ohM13GpQqWVQAZtyfajAirOF3ooust04E9MKcO7ndSpcANDmUdR_fnEx21hEybXQGPljTsrkJhz-xDz0FFeYt5J8o/s400/1.jpg

Berikut adalah jenis-jenis khat yang sempat saya cari setakat ini, jenis-jenis khat ini saya dapati ada tercatat di buku-buku rujukan khat seperti buku dari Jawad Sabti, dan ada diantaranya saya dapati dari buku Sejarah Khat tulisan Ustaz Jainal Sakiban (Johor), dan juga beberapa buku rujukan khat yang ada dalam simpanan saya. Mengikut pembacaan saya ada beratus jenis khat yang telah wujud, ia merangkumi pembahagian-pembahagian yang tertentu, insyaAllah saya akan sentiasa kemaskini apabila mendapat maklumat berkaitan.

Jenis-Jenis Khat

1. Khat Nasakh
2. Khat Nasakh Hadith
3. Khat Nasakh Akhbar
4. Khat Nasakh Khafif
5. Khat Thuluth 'Adi
6. Khat Thuluth Jali Muta'akisah (Cermin)
7. Khat Thuluth Jali Mutarakibah (Tersusun)
8. Khat Thuluth Mahbuk
9. Khat Thuluth Handasi
10. Khat Thuluth Mutanazir
11. Khat Thuluth Khafif
12. Khat Thuluth Mu’tad
13. Khat Req’ah @ Riq'ah
14. Khat Farisi @ Nasta’liq
15. Khat Farsi Mutanazir
16. Khat Farsi Mukhtazil
17. Khat Dewani
18. Khat Dewani Mutarabit
19. Khat Dewani Jali
20. Khat Dewani Jali Hamayuni
21. Khat Dewani Jali Zauraq
22. Khat Syekestah
23. Khat Tughrak
24. Khat Ijazah
25. Khat Hurr
26. Khat Kufi Fatimi
27. Khat Kufi Mushafi
28. Khat Kufi Fatimi
29. Khat Kufi Qairawani
30. Khat Kufi Nisaburi
31. Khat Kufi Musattar
32. Khat Kufi Musyakkal
33. Khat Kufi Muwarraq
34. Khat Kufi Muzahraf
35. Khat Kufi Muzaiyan
36. Khat Kufi Madhfur
37. Khat Kufi Andalusi
38. Khat Kufi Mamluki
39. Khat Kufi Muhaqqaq
40. Khat Kufi Bassit
41. Khat Kufi Ayyubi
42. Khat Kufi Mutalasiq
43. Khat Kufi Muta’assir bil Rasm
44. Khat Kufi Murabba'
45. Khat Tajj
46. Khat Nabti Arab
47. Khat Hijazi @ Madani @ al-Darij
48. Khat al-As’ar
49. Khat Asyribah
50. Khat al-Sami’i
51. Khat Narjisi
52. Khat Thuluthain
53. Khat Tumar
54. Khat Hafifuth Thulus
55. Khat Riqa’
56. Khat Tauqi’
57. Khat Thaqil Thuluth
58. Khat Mufattah
59. Khat Zamburi
60. Khat al-Haram
61. Khat al-Uhud
62. Khat Sijillat
63. Khat Mu’amarat
64. Khat al-Mansyur
65. Khat al-Dibaj
66. Khat Syami
67. Khat al-Jalil
68. Khat al-Mudammirat
69. Khat al-Khirfaj
70. Khat al-Marsa’
71. Khat al-Riasi
72. Khat al-Qhabbar
73. Khat al-Nisf
74. Khat Nisf Khafif
75. Khat al-Haliyah
76. Khat al-Mudawwar al-Kabir
77. Khat Musalsal
78. Khat Musalsal al-Tauqi’
79. Khat Ghubar al-Hibah
80. Khat al-Muhammad
81. Khat al-Hawaiji
82. Khat al-Qasas
83. Khat al-Jinah
84. Khat Raihan
85. Khat Muhaqqaq
86. Khat Zahab
87. Khat al-Matan
88. Khat Muqlah
89. Khat Lu’lui
90. Khat al-Asy’ar
91. Khat al-Wasy
92. Khat al-Mudammij
93. Khat Mu’allaq
94. Khat al-Muqtarin
95. Khat Siaqat Sumbulu
96. Khat Sunbuli
97. Khat Sahifah
98. Khat Moalla
99. Khat Maghribi
100. Khat Sini (China)
101. Khat Wissam